STYROFOAM, SEBERAPA AMANKAH??????

Benda yang satu ini makin banyak aja bersliweran di sekitar kita. Kedudukannya mampu menggeser sang plastik dan kertas yang selama ini mampu merajai di kalangan bungkus-membungkus. Siapakah dia? Ya, Styrofoam. Si ringan dan putih bersih.

 

Sebenarnya dua saudara pembungkus yang terdahulu ( plastik dan kertas) juga  memiliki kans buruk terhadap pemanasan global. Tetapi untuk yang satu ini, sumbangan buruknya nggak cuman untuk pemanasan global aja tetapi juga buat kesehatan dampaknya sangat buruk.

 

Apa aja Sobat,

Ya, karena styrofom terbuat dari butiran-butiran styrene yang diproses dengan menggunakan benzana. Nah, inilah biang kerok penyakit itu, sang benzana. Sang biang keladi ini dapat menimbulkan masalah pada kelenjar tiroid, mengganggu sistem syaraf dan menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, gemetaran, mudah gelisah, hingga sulit tidur. Dapat juga menghilangkan kesadaran hingga menimbulkan kematian.

 

Ketika sang benzana masud ke dalam sel-sel darah dan merusak sum-sum tulang belakang maka produksi sel darah merah akan berkurang. Jadi deh orang itu kena anemia. Sistem kekebalan tubuh kita juga akan terganggu. Bahkan pada wanita, dapat mengganggu siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan di tingkat yang paling berbahaya, si benzana dapat menjadi penyebab penyakit kanker payudara dan kanker prostat. Serem bangeeetttssss.

 

Bahkan beberapa lembaga kesehatan seperti World Health Organization’s International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) menggolongkan styrofoam ke dalam zat karsinogenik yaitu zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker.

 

Ada juga sih manfaat styrofoam dalam kehidupan sehari-hari . Kita semua tahu, biasanya styrofoam digunakan untuk mengemas atau membungkus makanan atau minuman karena bahan ini dapat menahan suhu sehingga benda yang ada di dalamnya tetap dingin atau tetap panas.

 

Tetapi kita nggak pernah sadar kalau di balik kepraktisan dan kemudahan itu bahaya besar mengancam kita, sang pengguna. Ya, saat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia, sang benzana tadi, akan berpindah tempat. Jangan heran juga Sobat, bahwa semakin panas bahan makanan atau minuman itu berada dalam sang styrofoam, semakin cepat si benzana berpindah tempat ke makanan itu.  Begitu juga jika bahan makanan itu mengandung lemak, alkohol atau lemon. Tambah deh, perpindahanya semakin cepat dan bahayanya makin bertambah.

 

Padahal kalau kita cermati Sobat, banyak banget resto cepat saji yang menyajikan makanan atau minuman panas-panas langsung dalam styrofoam. Gimana nggak bahaya.

Bahkan ada juga makanan dalam styrofoam eh, dipanasin lagi. Kadar bahayanya makin berlipat ganda.

 

Di samping itu Sobat, Styrofoam juga nggak ramah lingkungan. Karena benda yang satu ini tidak bisa terurai. Begitupun jika dibuang begitu saja akan menuh-menuhi tempat. Meskipun ada perusahaan yang mampu mendaur ulang Styrofoam, tetap aja didaur ulangnya menjadi Styrofoam. Nggak berubah jadi benda lain. Selain itu pembuatan Styrofoam itu sendiri bisa menimbulkan limbah yang berbahaya. Terdapat 57 zat yang sangat berbahaya yang dihasilkan dalam pembuatan Styrofoam dan menimbulkan polusi udara yang mengganggu pernapasan.

 

Maka dari itu Sobat, kita harus menguranginya. Jika tidak, maka pemanasan global akan semakin berdampak makin buruk buat kehidupan kita. Sobat pun tahu, pemanasan global mengakibatkan perubahan musim dan cuaca yang nggak menentu. Seperti sekarang ini, kita bingung kan  apakah musim hujan atau kemarau.  Jika itu terjadi, maka akan membingungkan para petani untuk menanam bahan makanan (padi, jagung, palawija, dll). Dan jika itu pula terjadi, maka kerawanan pangan akan meraja lela.

 

Untuk itu sobat, mengurangi pemakaian Styrofoam adalah satu tindakan yang sangat bijaksana. Kita dapat mengganti pemakaian benda tersebut dengan wadah yang lebih ramah terhadap lingkungan. Untuk membawa bekal ke sekolah atau ke kantor, kita dapat menggunakan wadah yang terbuat dari stainlessteel atau wadah plastic yang dapat kita gunakan berkali-kali. Untuk Berbeda dengan Styrofoam yang penggunaannya hanya sekali pakai.

 

 

Satu pemikiran pada “STYROFOAM, SEBERAPA AMANKAH??????

Tinggalkan komentar